Setelah lebih kurang 22 tahun lamanya Rasulullah Saw. menyiarkan agama Islam, menyeruhkan kebenaran agama Allah serta mengajarkan ajaran Islam kepada seluruh manusia, menerangi hati manusia yang tadinya berada dalam kegelapan, kesesatan dan kekufuran. Mengajak manusia kembali kepada jalan Allah seperti yang telah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul terdahulu.
Ketika Rasulullah Saw. melaksanakan haji Wada' (haji terakhir) di Padang Arafah pada hari Jum'at, turunlah ayat pada pertengahan surat Al-Maidah: 13 yang berbunyi,
".....Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu, agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kamu, dan Aku
ridha Islam sebagai agamamu......"
Saat itu beliau sedang duduk diatas Ontanya, ketika turun wahyu tersebut Rasulullah merasa lemas ketika menerima ayat tersebut. Kemudian beliau menyandarkan tubuhnya sambil mendengarkan Malaikat Jibril
berkata:
"Ya Muhammad, hari ini telah sempurnalah urusan agamamu, dan selesailah apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Tuhanmu. Maka kumpulkanlah sahabat-sahabatmu dan khabarkanlah pada mereka, bahwa aku tidak akan turun lagi sesudah ini."
Sepulanglahnya dari Mekkah, Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat dan menyampaikan turunnya ayat tersebut, dan pesan-pesan Jibril kepadanya. Juga diterangkan dengan turunnya ayat tersebut mengisyaratkan bahwa perpisahan beliau dengan para sahabat sudah dekat. Mendengar keterangan itu para sahabat meratap, ada yang menangis sejadi-jadinya, mereka merasa sedih akan berpisah dengan orang yang telah membawa rahmat bagi sekalian alam. Rasulullah kemudian menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan, memanggil umat Islam untuk shalat berjamaah.
Segera Bilal melaksanakan apa yang telah diperintahkn Rasulullah. Setelah para sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul dalam masjid, kemudian Rasulullah bersama mereka shalat dua rakaat. Usai shalat
beliau nail mimbar (demikianlah yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra.)
Setelah mengagungkan nama Allah dengan memanjatkan puji-pujian bagi Allah, Rasulullah Saw. bersabda:
"Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu, penasehatmu, yang mengajak kamu ke jalan Allah dengan izin-Nya. Sesungguhnya aku adalah saudaramu, seperti saudara sekandung dan sebapak yang saling mengasihi. Karena itu, siapa yang pernah kusakiti, balaslah hari ini sebelum hari Kiamat."
Rasulullah minta dengan rela hati kepada orang yang pernah disakiti agar nenbalasnya sesuai dengan apa yang pernah dirasakan. Dalam hukum Islan disebut Hukum Qishas, artinya balasan yang setimpal.
Namun pada saat itu tidak satupun dari para sahabat yang berdiri untuk menuntut qishas kepada Rasulullah, sampai-sampai beliau mengulanginya sampai tiga kali agar para sahabat dan kaumnya tidak segan-segan untuk melakukannya. Akhirnya berdirilah salah satu diantara mereka, yaitu Ukasyah bin Muhsin mendekati Rasulullah, lalu berkata:
"Sebenarnya aku enggan dan tidak sampai hati seandainya Rasulullah tidak menganjurkan sampai berulang kali. Aku terpaksa memberanikan diri, berdiri disini untuk menceritakan apa yang pernah ku alami atas perlakuan Rasulullah dalam perang Badar. Ketika itu untaku mendekati unta Rasulullah dan saya turun agar bisa mencium pahamu. Tapi Rasulullah kemudian mengangkat cambuk, sehingga aku terkena cambuk itu. Bagian pinggangku yang terkena. Aku tidak tahu dan tidak berfikir apakah waktu itu Rasulullah sengaja memukulku atau memukul untanya. tetapi yang jelas aku terkena cambuk Rasulullah,"
Kemudian Rasulullah berkata: "Apakah mungkin aku mencambukmu, hai Ukasyah?". Kemudian beliau menyuruh Bilal mengambil cambuk dirumah Fatimah, anak permpuannya. Saat Bilal mengambil cambuk dirumah Fatimah, putri Rasulullah itu menjadi heran.
"Untuk apa Rasulullah mengambil cambuk ini?" tanya Fatimah kepada Bilal.
"Rasulullah hendak melakukan qishas," jawab Bilal.
"Siapakah orangnya yang sampai hati menuntut qishas kepada Rasulullah, ayahku? tanya Fatimah lagi.
Bilal pun kembali ke masjid dengan membawa cambuk dan kemudian menyerahkannya kepada Rasulullah. Rasulullah lalu menyerahkan cambuk itu kepada Ukasyah, agar ia segera melakukan cambukan untuk membalas atau menuntut qishas seperti yang pernah ia rasakan dahulu ketika di perang Badar.
Melihat Ukasyah berdiri dengan memegang cambuk dan siap memukul punggung rasulullah, sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab berdiri mencegahnya.
"Wahai Ukasyah, terimakan qishas itu pada diriku. Aku tidak sampai hati melihat dirimu menempelkan cambuk itu ke kulit Rasulullah." kata Abu Bakar.
"Duduklah engkau berdua," kata Rasulullah. "Allah telah mengetahui kedudukkan dan pengorbananmu."
Merasa tersinggung atas sikap Ukasyah dan didorong rasa kesetiaannya kepada Nabinya, Ali bin Abi Thalib ra. menyusul berdiri.
"Wahai Ukasyah, engkau tahu aku masih hidup di samping Rasulullah. Karena itu aku tidak rela engkau berbuat begitu kepada beliau. Bila engkau tetap nekat dan berkeras hati membalas cambukan kepada Rasulullah, ini perutku, dadaku, dan punggungku. Silahkan pilih mana yang kau sukai dan cambuklah sekuat tenagamu," ucap Ali seraya menyodorkan bagian tubuhnya siap menerima cambukan.
Melihat kejadian itu, Rasulullah berkata, "Wahai Ali, aku tahu keduudukkan dan pengorbananmu, karena itu duduklah."
Pembelaan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib tidak diterima. Dua cucu Rasulullah, yaitu Hasan dan Husain ikut nimbrung. Dengan nada keras mereka berkata kepada Ukasyah yang tetap menggemgam cambuk di tangannya.
"Engkau tahu Ukasyah, bahwa kami adalah cucu Rasulullah. Jika kau mau membalas qishas kepada kami itu sama saja dengan engkau menerima qishas dari Rasulullah. Maka cambuklah kami."
"Duduklah engkau berdua," kata Rasulullah kepada Hasan dan Husain. Kemudian beliau berpaling kepada Ukasyah sambil berkata, "Cambuklah, wahai Ukasyah jika memeng benar aku telah memukulmu."
"Ya Rasulullah, dulu cambuk Rasulullah mengenai punggungku yang terbuka," kata Ukasyah.
Sesuai dengan permintaan Ukasyah, Rasulullah membuka bajunya hingga tampak punggungnya yang putih bersih. Ukasyah kemudian berjalan mendekati Rasulullah. Adegan ini disaksikan oleh para sahabat dengan menundukkan kepala serta meneteskan air mata. Mereka menahan nafas menanti peristiwa yang akan terjadi disaat mendekati akhir kehidupan Rasulullah.
Ketika berada di dekat Rasulullah dan melihat punggung beliau yang putih bersih, Ukasyah langsung
memeluk Rasulullah dan menciuminya sepuas hati.
Mendadak keadaan yang tegang berubah menjadi suasana haru, semua sahabat merasa lega melihat sikap Ukasyah yang tiba-tiba berubah itu.
Ukasyah berkata kepada rasulullah Saw,
"Maksudku hanya ingin agar tubuhku dapat menempel ke tubuhmu ya Rasulullah. Semoga tubuhmu menjadi penghalang api neraka yang menyulut tubuhku."
Begitu suasana reda, Rasulullah berkata seraya menunjuk Ukasyah, "Ketahuilah, bahwa siapa yang ingin melihat ahli surga, maka lihatlah orang ini."
Mendengar perkataan Rasulullah, para sahabat lalu beramai-ramai menghampiri dan memeluk Ukasyah sambil mencurahkan isak tangisnya dengan berkata:
"Berbahagialah engkau yang telah menerima derajat yang tinggi. Dan engkau mendampingi Rasulullah kelak di surga. Ya Allah, mudahkanlah kami untuk menerima syafa'atnya karena kamuliaan dan keagungan-Mu."
Demikianlah kisah ini dibuat, semoga menjadi pelajaran yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa menjadikan rasulullah sebagai panutan serta mencintainya, merindukannya. Mudah-mudahan kita semua Rasullah juga mencintai dan merindukan kita kelak di surga dan mendapat syafa'at beliau pada hari Kiamat nanti
0 komentar:
Posting Komentar